Buku Atlas Tak Sengaja Rusak ,Kepsek SDN Panindii “ Tuntut Ganti “ Rp. 200 ribu kepada 14 orang Siswa



Tobasa,Mimbar
            Persoalan dalam dunia pendidikan sepertinya tak ada habis nya. Walau berbagai upaya digalakan oleh pemerintah demi meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, tetap saja diplintir oleh oknum-oknum yang mengaku cinta pendidikan dan mendapat amanah dalam mengelola dan memajukan pendidikan di daerah cukup terpencil, namun justru kerap mengutamakan kepentingan pribadi. Tak jarang oknum-oknum dimaksud mempolitisasi sebuah kebijakan yang cenderung mengesampingkan perasaan masyarakat.
            Situasi tersebut diluapkan sejumlah orang tua murid kepada awak media, Minggu,(19/2), di desa Panindi I Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba Samosir. Para orang tua siswa sekolah dasar negeri 173577 ini membeberkan segala ketimpangan yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah selama mengelola pendidikan di sekolah tersebut. bahkan menurut mereka, kepala sekolah ini kerap mengeluarkan kebijakan yang bertolak belakang dari jati diri sebagai seorang pendidik dan abdi Negara. Salah satunya yakni menuntut  orang tua murid agar memberikan uang senilai Rp. 200 ribu untuk pembayaran atas buku atlas yang rusak.
            Tiga orang tua dari 14 murid yang diminta ganti rugi ketika ditemui mimbar  mengatakan bahwa mereka diminta oleh kepala sekolah untuk membayar Rp. 200 ribu sebagai bentuk ganti rugi atas rusak nya buku atlas yang tanpa sengaja dilakukan oleh anak nya.  Orang tua dari siswa kelas V ini mengaku diancam dengan mempersulit proses kelulusan bagi putra nya, jika tidak tuntutan kepala sekolah tidak dipenuhi.
         Seorang ibu mengaku boru Siagian kepada wartawan menceritakan kronologis muncul nya persoalan tersebut. “ awalnya salah seorang guru meminta anak kami untuk mengerjakan sebuah PR dengan mencari gambar-gambar pahlawan. Lantas, karena jarak tempuh dari tempat tinggal ke warung internet cukup jauh, ditambah lagi ekonomi yang terbatas, para anak kami mengambil inisiatif menggunakan buku atlas yang sudah lama tersimpan di lemari sekolah. Didalam buku atlas tersebut terdapat gambar-gambar pahlawan. Lalu tanpa sengaja gambar-gambar pahlawan yang tertera di buku atlas tersebut digunting oleh para anak kami untuk memenuhi permintaan guru tersebut” ujarnya.
        Akibat digunting mereka (para murid-red) lanjut ibu boru Siagian, karena merasa kesal, kepala sekolah justru meminta para murid yang memamfaatkan buku atlas tersebut untuk mengganti rugi dengan membayar Rp. 200 ribu/siswa. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka anak kami tidak diperkenankan mengikuti ujian.“ tukasnya.
         Ketua Komite sekolah, H. Hutahaean yang dikonfirmasi media Selasa,(21/2) membenarkan persoalan itu. Dirinya mengaku sudah memberitahukan hal tersebut ke pihak UPTD Pendidikan untuk diproses demi menjaga marwah pendidikan. “ iya benar pak. Kasus ini sudah saya sampaikan ke UPTD. Semoga dalam waktu dekat, pihak UPTD bersama Dinas Pendidikan turun ke mari dan meninjau langsung segala ketimpangan dan kebijakan yang mengecewakan para orantua murid,” katanya.
         Kepala sekolah, SDN 173577 Desa Panindii, kecamatan Silaen Helmi Panjaitan ketika dikonfirmasi Wartawan justru berdalih bahwa dirinya tidak pernah meminta para orang tua murid membayar ganti rugi buku atlas tersebut. Kepala sekolah yang telah menjabat puluhan tahun ini malah mengaku bahwa orang tua murid lah yang meminta buku tersebut diganti.” Tidak ada itu pak. Saya tidak ada meminta para orang tua murid membayarkan Rp. 200 ribu untuk penggantian buku atlas yang dirusak siswa. Justru para orang tua yang ingin membayarnya,” kilahnya. (fir)
Foto : para orang tua murid saat berkeluh kesah kepada wartawan terkait tuntutan kepala sekola untuk membayar ganti rugi kerusakan buku atlas senilai Rp.200 ribu.

           

Komentar