16 Siswa SD di Humbahas Disuruh Jilat Lantai
Humbahas,Mimbar
            Pendidikan merupahkan tolak ukur utama dalam mendongkrak pembangunan, mengingat integritas dan potensi sumberdaya manusia handal sebagai pelaku pembangunan dibungkus dalam satu paket ilmu pengetahuan yang diperoleh dari aspek khusus yakni pendidikan.  Karena dengan pendidikan, manusia mampu berkarya dan berekspresi serta menciptakan imajinasi kemajuan dalam mewujudkan pembangunan sejati.
            Namun sangat disayangkan di Humbahas, sebagian tenaga pendidik (Guru-red) belum benar-benar memahami fungsi dan kewajiban dalam meningkatkan kualitas pendidikan demi kemajuan pembangunan, bahkan mempertontonkan opera kebodohan dan kekejaman seorang tenaga pendidik atau yang biasa disebut “Pahlawan tanpa jasa” terhadap anak didik, dimana pada dasarnya dituntut kepada para tenaga pendidik (guru-red) untuk lebih mendalami pemahaman karakter para tunas bangsa yang nantinya tumbuh menjadi gerasi baru pelopor-pelopor pembangunan.
            Sesuai hasil Investigasi wartawan dilapangan, ditemukan adanya kekerasan diluar batas toleransi terhadap siswa Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar tersebut ialah SD Negeri 177058 yang berada di Desa Pollung dusun III Lumban Siantar Kecamatan Pollung – kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Keterangan yang peroleh menyebutkan bahwa salah seorang oknum guru di sekolah tersebut tega memperlakukan anak didiknya dengan tidak sewajarnya. Disebut-sebut oknum guru yang dimaksud bermarga (Boru-red) Lumban Gaol yang tak lain merupahkan putri dari kepala sekolah bernama Monang Lumban Gaol.
            Oknum guru ini dengan sacara sadar menghukum para siswanya yang masih belia, berjumlah 16 orang untuk menjilat lantai ruang kelas. Dimana hasil dari pada jilatan tersebut dipaksa untuk ditelan masuk kedalam perut siswa. Perbuatan guru tersebut dinilai telah mencoreng citra dunia pendidikan dan guru dimata Publik. Oleh karena perbuatan nya, orang tua murid yang menyekolahkan putra-putrinya disekolah tersebut terpaksa memindahkan mereka kesekolah lain. Akibatnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tersebut telah sirna.
            Keadaan tersebut diperkuat oleh pernyataan 2(dua) seorang murid bermaga sihite dan purba sabtu(27/7) lalu, kepada wartawan mereka menceritakan betapa dirinya dihukum dengan disuruh menjilat lantai ruang kelas yang penuh debu dan pasir. Bahkan salah satu siswa ini sempat mempraktekan bagaimana cara Ia menjilat lantai tersebut.
            Salah seorang orang tua murid,Marli Br. Tamba yang berhasil dikonfirmasi wartawan sabtu,(27/7) lalu dikediamanya di dusun itu” mengatakan sangat kecewa sekali atas perbuatan yang dilakukan Oknum guru tersebut. Dirinya membeberkan bahwa hal demikian bukan kali pertamanya dilakukan, selain itu Dia (Marli-red) menceritakan bagaimana kekejaman putri kepala sekolah itu dalam mendidik para siswanya. Sehingga oleh karena itu, Marli mengakui telah memindakan anaknya dari sekolah tersebut ke sekolah lain agar lebih mendapatkan layanan pendidikan yang lebih baik” saya menempatkan anak saya disekolah tersebut agar bisa mengecap pendidikan yang baik,supaya bisa menjadi orang yang diandalkan khususnya bagi orangtuanya dikemudian hari. Namun faktanya nya anak saya diperlakukan sedemikian rupa. Dan karena nya saya sangat kesal dan kecewa, lidah anak saya dibuat sebagai alat pengepelan. Guru macam apa dia, setahu saya guru itu, pekerjaan yang mulia namun kenyataan nya seperti saat ini, saya menilai bahwa guru seperti putri kepala sekolah itu adalah “Iblis” yang tidak memiliki prikemanusiaan” tegas Marli
            Terpisah, hal serupa juga dikemukakan M.Lumban Gaol kepada Wartawan yang disaksikan sejumlah orang tua disebuah warung kopi di desa Pollung, sekitar sekolah tersebut. Dirinya mengeluhkan kepemimpinan Monang Lumban Gaol sebagai kepala sekolah di SDN 177058 kurang lebih 14 tahun ,karena kualitas dan mutu pendidikan yang diberikan oleh sekolah tersebut jauh dari yang diharapkan orang tua murid bahkan makin merosot. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya para siswa yang merupahkan alumni sekolah yang dimaksud belum memahami tata cara membaca hingga masuk ketingkat SMP, ditambah lagi dengan sejumlah permasalahan yang kerap terjadi dan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian dari pemerintah.
            Diakuinya, bahwa suatu ketika dirinya bersama orang tua murid lainnya pernah menyampaikan beberapa permasalahan seputar sekolah tersebut kepada pemerintah,namun hingga saat ini respon daripada pemerintah tidak ada sama sekali. Maka dengan timbulnya kejadian ini katanya”, kami atas nama orang tua murid menyatakan sangat kecewa dan tidak terima atas perbuatan dan kepemimpinan kepala sekolah yang bernama Monang Lumban Gaol di sekolah tersebut. Dan meminta kepada pemerintah agar memberi sanksi yang seberat-beratnya,dan bila perlu akan membawa hal ini pada proses hukum yang berlaku” tegas M.lumban Gaol.
            M.lumban Gaol juga menambahkan bahwa didalam management Sekolah tersebut terindikasi adanya praktek KKN, dimana satu sekolah itu terorganisir dari anggota keluarga Kepala Sekolah. Mulai dari kepala sekolah,istri kepala sekolah,putri kepala sekolah yang diangkat sebagi guru honor dan masuk pengangkatan CPNS K1,hingga putra kepala sekola itu sendiri.
            Terkait hal itu, Kepala sekolah saat ditemui Wartawan, tidak berada ditempat. salah seorang guru disekolah tersebut mengatakan yang bersangkutan sedang ke luar. Bahkan sempat memohon kepada wartawan untuk tidak mengekpos masalah tersebut ke Publik.
Bupati Humbang Hasundutan (Humbahas) St.Drs. Maddin Sihombing,Msi yang dikonfirmasi melalui SKPD terkait Kepala Dinas Pendidikan Humbahas,Wisler Sianturi via Selular, tidak berkenan menjawab panggilan Hp Wartawan, ketika dilayangkan pesan singkat selular pun tidak membalas. (Fir)
ket gbr : pengakuan siswa kepada rekan Wartawan S.Tarida Marbu saat dinvestigasi. Foto : Mimbar/Firman
           
           

Komentar