“ Citra Yang Tak Perawan Dimata orang waras “
Oleh : Firman Tobing
Sulit bagi setiap orang bisa memahami karakter dan
kepribadian seorang lainya. Kegagalan dalam pemahaman ini cenderung menggiring
orang tersebut masuk dalam lembah penyesalan bahkan terperosok kedasar
kekecewaan yang gelap. Penafsiran dan penilaian terhadap kepribadian seseorang
yang disimpulkan, justru memberi jawaban penghianatan. Ketidaklogisan jawaban
tersebut tentu akan menjadi fenomena alam yang akan selalu mengingatkan adanya
sebuah pembelajaran.
Pelaku penghianatan sangat lihai dan cerdik melakukan peran
nya. Kecerdikan dan kelihaian itulah yang menyebabkan setiap orang yang
disantroni nya menjadi korban. Formula yang kerap digunakan para penghianat ini
adalah membangun citra diri. Korban-korban dari penghiantan tersebut tentunya
mampu menangkal formula ini. Namun tak jarang, para korban penghianatan yang
menjadi korban kembali menjadi korban, dikarenakan kurang nya sumber daya
manusia (SDM) dan mengedepankan azas keserakahan.
Ada banyak trik canggih yang bisa digunakan pelaku
penghianatan dalam menjebak korbanya. Orang-orang yang belum menjadi korban
harus mewaspadai gerak-gerik pelaku penghianatan ini, serta berkonsultasi
kepada para korban lainnya yang berpengalaman. Sejatinya penghianatan ini
dilakukan para pelaku untuk kepentingan semata demi menambah koleksi kesenangan
duniawi secara pribadi. Dengan mengesampingkan sisi manusiawi.
Perlu diketahui bahwa penghianatan itu akan hanya memberikan
buah kesejahteraan bagi sekelompok kecil, tetapi kesusahan bagi kelompok yang
besar. Konstruksi citra diri yang dibangun pelaku penghianatan ini cukup kokoh,
para korban harusnya bergerak mensosialisasikan hal itu demi terwujudnya
kesejahteraan yang adil dan merata. Bukan justru pro pada sekelompok orang yang
berada disekeliling pelaku penghianatan itu sendiri. Tindakan sosialisasi ini
dilakukan menunggu surat penunjukan langsung dari Tuhan yang maha kuasa
terhadap si Pelaku penghianatan diterbitkan. ***
Komentar
Posting Komentar